Duka mendalam dirasakan oleh Keluarga besar Yayasan MAF Indonesia (MAF) yang kehilangan rekan dan sahabat, Capt Joyce Lin.

Bertugas menerbangkan unit pesawat MAF tipe Kodiak 100, PK-MEC, Capt Lin berangkat dari Bandara Sentani, Papua pada Selasa pagi 12 Mei 2020, pukul 06:27 WIT. Penerbangan yang dilaksanakan Joyce saat itu adalah sebagai respon atas kebutuhan Desa Mamit, Kabupaten Tolikara di dataran tinggi Papua, dengan membawa makanan dan persediaan kebutuhan pokok bagi Yayasan Pendidikan Harapan Papua dan staf mereka, sekolah dan klinik, serta Perlengkapan/peralatan rapid test COVID-19. Beberapa menit setelah lepas landas, dia melaporkan adanya keadaan darurat; dan kemudian pesawat diketahui berada di Danau Sentani tepat pukul 06.29 WIT. Sebagai Pilot in Command saat itu, Joyce adalah satu-satunya orang yang berada di pesawat, tanpa membawa penumpang.

 

Penyelam dari Badan SAR Nasional Indonesia kemudian mengkonfirmasi bahwa Joyce tidak selamat dalam kecelakaan itu. Staf MAF di Papua dan Jakarta bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan kecelakaan.

Capt Joyce berkewarganegaraan Amerika Serikat, meninggalkan orang tua dan dua saudara perempuan. Saat ini, dukungan doa untuk keluarga yang tiba-tiba mengalami kehilangan, juga untuk tim MAF Papua sebagai rekan kerja sangatlah dibutuhkan.

Sejak usia dini, Joyce memperlihatkan minat dalam segala hal yang berkaitan dengan komputer dan penerbangan. Joyce menyelesaikan pendidikan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan berhasil meraih gelar Bachelor of Science (S1) dan melanjutkan ke jenjang S2 dengan gelar Master of Engineering; di saat bersamaan ia juga memperoleh sertifikasi pilot non-komersil (PPL). Setelah bertahun-tahun bekerja sebagai spesialis komputer, Joyce merasa terpanggil untuk mengikuti kuliah di Seminary Teologia Gordon-Conwell dan lulus dengan gelar Master of Divinity (S2). Di saat itulah dia mendengar tentang Penerbangan Misi dan mulai melihat ada jalan baginya untuk menggunakan gabungan ketertarikannya dalam bidang komputer, penerbangan, dan pelayanan kemanusiaan; yang kemudian menggiring dia untuk melanjutkan pelatihan penerbangan untuk mendapat sertifikasi terbang instrumen dan pilot komersil (CPL-IR) serta Instruktur Penerbangan, sebelum akhirnya bergabung dengan MAF.

Joyce menyukai pekerjaan bersama MAF di Indonesia, di mana ia menjalankan tugas sebagai pilot dan Spesialis IT Support. Meskipun baru 2 tahun di Indonesia — satu tahun di Jawa Tengah untuk pelatihan Bahasa dan satu tahun terakhir di Sentani, namun pengabdiannya sangat berdampak. Berulang kali Joyce menceritakan betapa dia merasa sangat bahagia di minggu-minggu sebelum dia akhirnya berpulang.

Kami memberi penghormatan setinggi-tingginya kepada Joyce atas kesetiaan dan kesediaan almarhumah semasa hidup dalam membantu dan mendukung keberlangsungan hidup di daerah terpencil

Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah sangat membantu kami dengan tanggap merespon musibah ini dan melakukan evakuasi, khususnya kepada Lanud Silas Papare TNI Angkatan udara, BASARNAS Jayapura, Angkasa Pura I, Kepolisian, TIM Penyelam PON Papua, Kepala Kampung masyarakat Yaboi, Putali,Jayapura dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami merasa dikuatkan oleh setiap empati dan ungkapan belasungkawa dari berbagai pihak di Indonesia, di antaranya pesan singkat yang kami terima dari Direktur Angkutan Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Maria Kristi Endah Murni, SH, MH, “Turut berdukacita kepada MAF, RIP Captain Joyce Chaisin Lin, terima kasih atas pengabdianmu di pedalaman Papua selama ini”.