Oleh Jennifer Wolf
Dukungan dari anda memungkinkan terang Kristus menjangkau tempat-tempat yang gelap di pesisir selatan Papua
“Bisakah Anda berkunjung ke pantai selatan?”
Ini adalah permohonan dari Pendeta Simson yang telah berusaha keras untuk mencari misionaris yang mau melayani di daerah pantai selatan Papua yang dikelilingi dengan rawa-rawa.
Melalui beberapa koneksi yang terjadi secara tak terduga, Tuhan menuntunnya untuk bertemu Sam dan Kari. mereka adalah pasangan misionaris yang tinggal di Sentani pada saat itu.
“Suatu hari ia muncul di depan pintu rumah kami dan berkata, ‘Setiap hari Minggu saya memberitakan Injil dari mimbar tetapi ketika jemaat pulang ke rumah, mereka masih tetap menyembah kuasa kegelapan. Saya ingin membantu umat saya untuk mengenal siapa sesungguhnya Yesus. Saya ingin menolong jemaat saya untuk bebas dari rasa takut akan roh-roh jahat. Tetapi saya gagal melakukan itu semua karena saya tidak punya Alkitab yang bisa dimengerti dalam bahasa daerah setempat yaitu bahasa Asmat,” kata Sam.
Tuhan telah menjamah hati dari Sam dan Kari untuk melayani di pesisir selatan. Dan Sekarang mereka telah mendapat undangan resmi dari Simson.
Mengetahui bahwa penerbangan MAF akan mendukung kehidupan didaerah terpencil, Sam dan Kari memulai pelayanan mereka didaerah Asmat semenjak tujuh tahun yang lalu. Masyarakat setempat menyambut mereka dengan hangat dan juga membantu mereka untuk membangun rumah dengan tangan mereka sendiri. Sam dan Kari membesarkan tiga anak mereka diAsmat. Dan saat ini mereka telah berusia 12, 10, dan 4 tahun.
Dua Perahu
“Satu-satunya pesawat di pulau ini yang bisa membawa kami keluar masuk ke tempat kami adalah pesawat MAF. Tanah di sini sangat berawa dan berlumpur sehingga pada dasarnya tidak memungkinkan untuk membangun landasan terbang,” kata Sam.
Sam menggambarkan kebutuhan rohani di sini sangat besar.
“Gereja bagi mereka seperti baju. Bagi mereka, Gereja adalah sesuatu yang bisa dipakai,” tambahnya. ” Itu bukan sebuah perubahan hati dan bukan suatu pemahaman yang mendalam tentang siapa Tuhan yang sebenarnya.”
Karena orang Asmat selalu bepergian dengan menggunakan perahu maka Sam menggunakan ilustrasi perahu untuk menjelaskan tentang karya penebusan Yesus. Sam menjelaskan bahwa didunia ini ada dua jenis Perahu. Yaitu Perahu Keselamatan dan Perahu Hukuman Dosa.
Sayangnya, Sam mengatakan bahwa mayoritas orang Asmat berada di “perahu Adam”.
Memang sudah ada sekelompok orang yang percaya dan sudah berada di “perahuNya Allah”,dan itulah cara bagaimana Sam menggambarkan orang-orang yang sudah ditebus dan tersembunyi bersama Kristus Yesus (Kolose 3:3). Namun sulit bagi mereka untuk bertumbuh secara rohani karena mereka tidak memiliki Firman Tuhan dalam bahasa Asmat bagian selatan.
Sam dan Kari ingin melihat gereja Asmat dapat bertumbuh dewasa didalam Tuhan dan memiliki Firman Tuhan yang kuat serta dapat memuridkan generasi selanjutnya.
Saat ini, Simson dan para pemimpin gereja-gereja yang lainnya bekerjasama dengan Sam dan Kari untuk menerjemahkan beberapa bagian dari kitab Kejadian dan Keluaran. Dan setelah itu mereka akan menerjemahkan kitab Markus dan Lukas. Mereka juga sedang memimpin kelas literasi yang baru saja mereka mulai.
Satu Pesawat
Pesawat apung MAF adalah satu-satunya pesawat yang ada di seluruh Papua, dan ini sangat penting bagi misi Sam dan Kari.
“Fakta bahwa pesawat apung dapat mendarat langsung di sungai, dapat menjemput kami dalam keadaan darurat, dan membawa kami langsung ke rumah sakit… Itu adalah hal yang sangat penting,” kata Sam.
Pilihan lainnya adalah naik perahu selama empat jam mengarungi lautan untuk menuju lapangan terbang terdekat. Dan itu pun tidak mungkin dilakukan pada musim-musim tertentu. Saat angin bertiup kencang dan ombak yang besar dapat membuat perahu terbalik.
“Ketika Anda berpikir tentang gigitan ular atau patah tulang… empat jam terasa seperti seumur hidup. Kami tidak bisa berada di sini tanpa organisasi yang menerbangkan kami,” ungkap Sam. “Hampir tidak mungkin bagi kami untuk berfungsi dan berada di sini.”
Evakuasi medis MAF telah menyelamatkan nyawa warga Asmat. Evakuasi medis sangat penting, namun itu adalah upaya terakhir.
Klinik Siloam yang baru dibuka di sini pada pertengahan tahun yang lalu sangat membantu kesehatan masyarakat setempat, serta mengobati penyakit dan cedera ringan sebelum itu semua menjadi masalah yang besar.
“Klinik di sini akan memastikan seluruh warga desa menjadi sehat, bergerak menuju kesejahteraan dan menuju kesehatan yang seutuhnya,” kata Sam. Pencegahan malaria dan parasit, pemberian vaksinasi,ini adalah hal-hal yang dapat membuat masyarakat setempat dapat tetap hidup dan beraktivitas dengan baik.”
“Fakta bahwa pesawat apung dapat mendarat langsung di sungai, menjemput kami jika terjadi keadaan darurat dan membawa kami langsung ke rumah sakit… Itu adalah hal yang sangat penting,” kata Sam.
MAF membawa generator, gergaji mesin, paku, peralatan kerja, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya untuk membantu agar klinik dan sekolah baru dapat dibangun dan dibuka tepat waktu sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dan akhirnya MAF dapat membawa para tim guru, perawat, dan dokter.
Berkat Tuhan
Ketika saya merenungkan tentang sekolah dan klinik yang baru ini, Kata Jack Gandy,Beliau adalah pilot pesawat MAF yang melakukan semua penerbangan tersebut . Ia berkata bahwa, “Tidak ada seorang pun di Amerika Serikat yang tahu bahwa orang Asmat itu ada. Tetapi Tuhan tahu tentang mereka dan Dia peduli sama mereka.”
Sekarang anak-anak di Asmat sudah mendapatkan pendidikan dan masyarakat akan memiliki hidup yang lebih sehat. Dan yang paling penting, hati mereka akan diubahkan ketika mereka masuk ke dalam “perahunya Tuhan”.
Seiring dengan semakin banyaknya misionaris termasuk keluarga yang sudah memiliki anak,mereka terpanggil untuk membawa terang Kristus ke daerah berawa di Papua, mereka juga membutuhkan bantuan dari MAF.
“Tanpa pesawat apung MAF, maka akan sangat tidak efektif dan tidak memungkinkan,” kata Jack. “Pesawat apung membuka lebih banyak pintu yang sebelumnya tertutup. Pesawat ini membuka seluruh pesisir selatan Papua untuk menerima Injil.”
##
*Some of our partners request that identifying information be withheld for security reasons.
Story appeared in FlightWatch Vol. 2 2023. Read the entire issue here: