LATEST PROMOTIONAL CAMPAIGN
My Account

Rumah Pengharapan

Oleh Natalie Holsten

MAF melayani pasien dan keluarga pasien melalui pelayanan Diakonia

Novianty mengalami penurunan berat badan, tidak bisa makan dan terus menerus mengalami rasa mual dan muntah-muntah.

 

Kondisinya sangat kritis pada saat ia diterbangkan dengan pesawat MAF dari desanya yang terpencil ke kota Tarakan di Kalimantan, Indonesia.

 

Pilot MAF Jeremy Toews sedang berbicara dengan seorang pasien dan juga bersama dengan suaminya setelah mendarat di Tarakan, di mana lokasi dari rumah sakit itu berada. Foto dari Lemuel Malabuyo.

Dokter dari rumah sakit daerah di Tarakan mencoba untuk mengobati masalah lambung dan ginjalnya.
Namun setelah beberapa minggu berlalu, ia diberitahukan oleh dokter bahwa tidak
ada lagi yang bisa mereka lakukan untuknya, dan mereka memutuskan untuk memulangkannya.

 Novianty dan suaminya, Ben, pindah ke Rumah Singgah, rumah singgah MAF di Tarakan, sampai ia merasa kuat untuk pulang kembali ke tempat asalnya. Dengan berlinang air mata,ia mengenang masa-masa ketika ia merasa putus asa saat menghadapi diagnosa dokter yang cukup menakutkan.

Rumah Kedua yang Jauh dari Kampung Halaman

Rumah Singgah didirikan pada tahun 2013 setelah staf MAF melihat kesulitan yang dihadapi pasien yang sedang berobat ke tempat yang tidak mereka kenal sebelumnya.

Pasien sering kali datang hanya dengan pakaian yang ada di badan mereka dan Jika mereka tidak mengenal siapa pun di tempat tersebut, mereka akan menghadapi tantangan yang cukup berat untuk menjalani proses pengobatan sendirian.

Rumah singgah MAF, Rumah Singgah, terletak di dekat rumah sakit umum daerah di Tarakan, Indonesia. Foto oleh Lemuel. Malabuyo

 

Anggota keluarga atau pendamping yang biasanya menemani pasien, mereka tidak memiliki tempat untuk tidur selain di atas lantai di rumah sakit.

Rumah Singgah menawarkan bantuan kepada pasien dan keluarganya dengan cara yang begitu nyata-mulai dari menyediakan tempat tinggal yang bersih dan aman, membantu pengurusan dokumen, hingga membantu anggota keluarga dengan menyediakan bantuan logistik jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.

Mince, istri dari salah seorang karyawan MAF yang sudah lama bekerja di MAF, Nelson, adalah salah satu karyawan tetap di Rumah Singgah. Ia berasal dari desa terpencil sehingga ia memahami betapa berartinya pelayanan Rumah Singgah bagi orang-orang yang datang ke sana. Ia senang membantu pasien dan juga menjaga kebersihan dan kerapian rumah singgah.

Anak-anak MAF membantu mendekorasi Rumah Singgah pada hari Natal setiap tahunnya. “Ini adalah tempat yang sangat tertata rapi sehingga anak-anak pun dapat datang dan ikut serta melayani dan menyemangati orang-orang yang berkunjung,” ujar seorang staf MAF, Jodie Toews.)

Staf MAF lainnya juga ikut serta membantu, termasuk anak-anak MAF.Mereka sering bermain bersama anak-anak pasien, dan menghias rumah untuk menyambut Natal. Staf MAF juga ikut hadir dan membantu memimpin ibadah bulanan di Rumah Singgah.

 

“Setiap kali kami mengadakan kebaktian seperti ini, itu merupakan berkat bagi para pasien dan keluarga yang ada di sana. Hal ini menguatkan kami semua,” ujar Mince.

Sebulan sekali, staf MAF bertemu dengan pasien dan anggota keluarga mereka di Rumah Singgah untuk beribadah. Foto oleh Jeremy Toews.

 

Kesembuhan dan Pengharapan

Pendeta dari Rumah Singgah, Bob M. Lopulalang, juga melayani para pasien dan juga sekaligus melayani para pengasuh.

 

Novainty adalah salah satu pasien pertama yang ditemui Bob. Dia menemuinya secara rutin untuk konseling dan doa. Dengan seiringnya waktu, Novianty mendapatkan kekuatan yang menurut Bob merupakan suatu kuasa kesembuhan dari Tuhan.

 

“Saya tahu bahwa Tuhanlah yang bekerja atas dirinya,” kenangnya.

 

Setelah tiga bulan, Novianty sudah sehat dan siap kembali ke kampung halamannya dengan penuh rasa syukur atas kesembuhan yang Tuhan berikan dan juga semua orang yang telah menolongnya.

 Novianty, sudah sembuh dan siap untuk pulang kembali ke rumah, bersama suaminya, Ben, di Rumah Singgah MAF. “Saya sangat berterima kasih atas pelayanan MAF!” katanya. Foto oleh Bob M. Lopulalang.

 

“MAF sangat membantu kami,” kata Novianty. “Bagi kami yang berasal dari pedalaman Kalimantan, akan sangat sulit bagi kami untuk mendapatkan tempat tinggal selama menjalani perawatan di rumah sakit. Tetapi puji Tuhan, ada sebuah rumah yang disiapkan oleh MAF di daerah setempat dan kami sangat bersyukur.

 

“Tapi bukan hanya tempat tinggal saja. Ada seorang pendeta yang secara rutin datang dan melayani serta mendoakan dan membimbing kami. Dan hal itu sangat menguatkan kami.”

 

Setelah kembali ke kampung halamannya, Novianty melanjutkan pekerjaannya sebagai bidan. Baru-baru ini ia menemani seorang pasien muda dalam penerbangan evakuasi, dan yang dahulunya dia adalah seorang pasien yang ditolong tetapi sekarang dia yanghmenjadi penolong.

Para pria di desa Long Padi menggotong seorang pasien yang membutuhkan pertolongan medis menuju pesawat MAF. Pria tersebut terluka ketika sedang menjaga kawanan kerbau miliknya. Foto oleh Lemuel Malabuyo.

Menurut direktur program Kalimantan, Jeremy Toews, menerbangkan seseorang seperti Novianty pulang kembali ke keluarganya adalah salah satu hal yang paling memuaskan dalam pelayanannya.

 

Ia menambahkan, “Meskipun saya senang mengetahui bahwa mereka telah menerima perawatan bagi kesehatan fisik mereka, sumber sukacita saya yang paling dalam dari pelayanan ini adalah ketika mengetahui bahwa hidup mereka telah dijamah oleh kasih Kristus dan hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.”

###

Story appeared in FlightWatch Vol. 2 2023. Read the entire issue here:

https://issuu.com/maf.org/docs/16_page_maf_fw-2023_vol2_may_issuu

Kisah

Sebuah Warisan Pelayanan

Kilas balik 50 tahun MAF di Kalimantan Utara Pada tahun 1971, pilot MAF Dave Hoisington menerbangkan delegasi konferensi gereja dari Papua, Indonesia, ke pangkalan MAF

Read More »

Search this Website

Notify Me of Upcoming Adventures

Name(Required)

Share This

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email