LATEST PROMOTIONAL CAMPAIGN
My Account

Kehidupan yang Baru

Seorang penginjil dari Wano, bernama Liku, membawa kabar baik tentang Yesus ke Puluk

Oleh Natalie Holsten

Dalam banyak hal, Liku menjalani kehidupan sebagai seorang pria Wano pada umumnya. Ia memiliki seorang istri dan beberapa anak. Dia mengurus kebun ubi jalar. Dia berjalan di jalan setapak dan berbagi cerita di dekat tungku api.

Dia telah mengalami rasa takut yang berasal dari diperbudak oleh roh-roh jahat dan tradisi animisme. Tetapi dia juga tahu kebebasan sejati yang datang melalui iman kepada Yesus.

Liku, seorang penginjil dan guru Alkitab yang bekerja di desa Wano, Puluk, Papua, Indonesia, Ia juga adalah seorang penyair yang menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan kebenaran teologi yang sesungguhnya.

Ketika lapangan terbang dibuka di kampung halamannya di Mokndoma pada tahun 2014, ia ingin menggambarkan kepada para pilot MAF tentang arti lapangan terbang bagi dirinya.

Jadi dia melumuri dirinya dengan lumpur dan mengatakan kepada mereka bahwa lumpur itu seperti dosa. Kemudian dia mengangkat sebuah cermin dan berkata bahwa itu seperti Firman Tuhan yang disampaikan oleh para misionaris Tim dan Mike kepada mereka, yang menyadarkan mereka akan dosa mereka. Kemudian dia menarik sebuah kaos di atas kepalanya dan mengatakan bahwa itu adalah seperti Yesus, yang menutupi dosanya.

“Allah menempatkan saya di dalam Kristus, seperti saya mengenakan baju ini. Ketika Tuhan melihat saya, Dia tidak melihat dosa saya lagi,” jelasnya. Dia mengatakan bahwa landasan udara yang baru akan memungkinkan dia dan orang lain untuk menyampaikan kebenaran tentang “cermin dan baju itu.”

Sejak saat itu, dia dan orang-orang yang lainnya telah melakukan hal itu, melakukan perjalanan dengan pesawat MAF untuk membawa berita tentang Yesus yang mengubah hidup mereka ke kampung-kampung lain di Wano, dan yang terbaru adalah ke dusun Puluk.

Penginjil Wano, Liku, sedang menyampaikan Firman Tuhan di desa Puluk, Papua, Indonesia. Foto oleh Lemuel Malabuyo.

Liku tahu benar betapa sulitnya jalan setapak yang menghubungkan Puluk ke Mokndoma. Dia tahu bagaimana rasanya mendaki gunung saat hujan lebat, dia tahu bahaya menyeberangi jembatan gantung yang membentang di atas sungai, dan betapa menantangnya untuk sampai ke jembatan tersebut, hanya untuk mendapati bahwa jembatan tersebut telah ditebas oleh suku tetangga.

Dia juga tahu perbedaan yang telah dibuat oleh pesawat MAF yang mengurangi perjalanan tiga hari menjadi penerbangan hanya 10 menit.

Liku, dengan caranya yang puitis, menggambarkannya dalam istilah Wano: “Lapangan terbang ini adalah jalan setapak. Ia bisa membawa obat-obatan. Ia juga membawa firman Yahweh.”

Orang-orang di Puluk sangat menantikan guru-guru Alkitab untuk datang dari Mokndoma dan membagikan kabar baik tentang Yesus kepada mereka. Hal ini memotivasi mereka untuk memperbaiki lapangan terbang agar cukup aman untuk didarati pesawat MAF.

“Karena MAF-lah kami bisa datang ke sini,” kata Liku. “Mereka (masyarakat Puluk) mengirimkan banyak surat yang meminta kami untuk datang dan mengajar mereka. Tapi bagaimana kami bisa membawa istri dan anak-anak kami dan mendaki sejauh ini? Tidak mungkin. Segera setelah lapangan terbang selesai dibangun, kami tiba di sini dalam waktu seminggu! Jadi mereka sangat berterima kasih atas lapangan terbang ini.”

Pada bulan Juni tahun lalu, pilot MAF, Nathan Fagerlie, menerbangkan Liku dan dua guru Alkitab lainnya, beserta keluarga mereka, ke Puluk. Mereka membangun rumah di sana dan menetap di sana untuk mengerjakan pekerjaan secara penuh dalam mengajarkan kronologi dari awal penciptaan sampai kepada Kristus.

Orang-orang di Puluk sangat haus akan Firman Tuhan, dan dengan penuh semangat mereka menerima apa yang dibagikan oleh para pengajar, dimana 78 orang telah membagikan kesaksian iman mereka kepada Yesus. Kini, jemaat bertumbuh dalam pemahaman mereka tentang apa artinya mengikut Dia.

“Mereka menaruh iman mereka kepada Yesus,” kata Liku. “Jadi sekarang dengan sukacita yang besar mereka terus belajar. Dan kami senang hidup bersama-sama dengan mereka.”

Kuasa Injil yang mentransformasi terlihat jelas dalam kehidupan orang-orang di Puluk, kata Liku, dengan banyak dari mereka meninggalkan cara-cara lama termasuk mengusir roh-roh jahat, baik dalam hal bagaimana mereka menanami kebun mereka, atau bagaimana reaksi mereka terhadap “pertanda buruk”. Mereka sebelumnya terikat didalam ketakutan.

“Semua itu mereka tinggalkan,” kata Liku. “Dan sekarang kehidupan mereka benar-benar menjadi baru.”

Di Puluk:  Liku, di tengah, dan kakaknya, sebelah kanan, yang juga merupakan bagian dari tim pengajar. Foto oleh Brian Marx.

Pilot Nathan, yang telah sering terbang ke Puluk, telah mendengar kesaksian dari orang-orang yang baru percaya di sana, termasuk seorang pria yang dulunya menyebut dirinya “pendeta” meskipun dia menyadari bahwa dia tidak mengetahui kebenaran sampai dia mendengar pengajaran dari Liku dan yang lainnya.

Nathan bercerita, ” Pria itu memberikan kesaksiannya dan dia berkata, ‘Dengar, saya sudah tua. Saya sudah berharap untuk mati sekarang selama bertahun-tahun. Tetapi jika saya mati kemarin, saya akan masuk neraka. Saya tahu itu sekarang. Tetapi sama seperti Simeon, sama seperti Allah membiarkannya tetap hidup untuk melihat Kristus. Allah membiarkan saya tetap hidup untuk mendengarkan Firman-Nya,” Nathan berbagi.

Orang-orang percaya di Puluk sangat merasakan dampak dari lapangan terbang di desa mereka sehingga sekelompok dari mereka mendaki ke Mokndoma untuk membantu memperbaiki lapangan terbang tersebut, memperluasnya sehingga MAF Kodiak dapat mengangkut beban yang lebih berat.

“Lapangan terbang ini penting,” kata Liku. “Jika lapangan terbang ini berfungsi, Firman Tuhan bisa tersebar dengan sangat cepat. Obat-obatan bisa cepat disalurkan. Dan pasokan lain yang dibutuhkan, dapat dengan cepat dibawa melalui pesawat. Dengan demikian, beberapa dari kami di sini berangkat untuk membantu teman-teman di Mokndoma membangun lapangan terbang.”

Liku dan para guru lainnya akan terus mengajar tentang surat-surat dalam Perjanjian Baru, dan selanjutnya mereka berencana untuk mendatangkan tenaga literasi ke Puluk. Yang pada akhirnya mereka akan menentukan generasi pemimpin berikutnya dan melatih mereka.

Dan jika ada panggilan untuk pergi ke tempat baru untuk mengajar, Liku siap: “Selagi saya masih hidup, saya akan terus melakukan pelayanan saya.”

 

Bertemu dengan Liku dalam video singkat ini: Wistia

Anda dapat melihat Liku dan kisah bagaimana lapangan terbang di Puluk dibuka dalam film dokumenter MAF, ENDS OF THE EARTH. Untuk opsi streaming atau pembelian, kunjungi Ends of the Earth – Mission Aviation Fellowship (maf.org).

Kisah

Sebuah Warisan Pelayanan

Kilas balik 50 tahun MAF di Kalimantan Utara Pada tahun 1971, pilot MAF Dave Hoisington menerbangkan delegasi konferensi gereja dari Papua, Indonesia, ke pangkalan MAF

Read More »

Search this Website

Notify Me of Upcoming Adventures

Name(Required)

Share This

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email